Untuk mengembangkan dan membangun pariwisata halal (halal tourism) penting bagi kita memahami profil muslim traveler (pejalan/wisatawan muslim) secara menyeluruh. Mulai dari sebelum mereka melakukan perjalanan, selama perjalanan, sampai setelah perjalanan. Kita harus memasok informasi yang mereka butuhkan. Kini itu semua bisa ditemukan dalam aplikasi HalalTrip. Karena sekarang umat muslim juga aktif secara online. And I think, many companies already have better understanding.
Ada tiga hal utama jadi perhatian muslim traveler, yakni ketersediaan makanan halal, tempat solat, dan akomodasi yang ramah terhadap wisatawan muslim. Mereka mencari akomodasi berupa apartemen atau mempunyai ruangan cukup besar untuk perjalanan bersama keluarga. Akomodasinyawater-friendly, tersedia penunjuk kiblat, dan menyediakan makanan halal.
Banyak hal terkait ketersediaan makanan halal. Kami melihat ke dalam area yang luas. Jika berbicara mencari makanan halal maka kita akan mencarinya di hotel, yang terdekat di sekitar kita, apakah akomodasi bisa memenuhi kebutuhan saat sedang berpuasa. Dan seterusnya.
Ketika mencari itu, muslim traveler juga mencari informasi atraksi-atraksi dan hiburan menarik di sekitarnya, dan hotel ramah muslim. This is one of critical thing as well.
Aplikasi HalalTrip punya sebuah sistem dalam menilai akomodasi dalam skala 1 sampai 7. Untuk mendapatkan nilai 3, salah satu syarat yang harus dipenuhi akomodasi adalah water-friendly. Maksudnya, ada selang air (hand shower) di WC/toilet. Di Indonesia itu normal tetapi di banyak negara tidak ada. Mereka terbiasa menggunakan kertas tisu sedangkan muslim traveler tidak terbiasa menggunakannya.
Ketika hotel menyatakan menyajikan makanan halal, kami akan menanyakan sertifikasinya. Begitupun ketika kami menilai hotel-hotel di Indonesia. Jika mereka menyatakan menyediakan makanan halal maka kami akan meminta sertifikasinya. Kami tidak sampai detil dan lebih jauh melihat sertifikasi halal, hanya fokus pada sertifikasi halal makanannya. We don’t do that. Untuk toilet, kami tidak memintanya.
Saya pikir, dengan sertifikasi halal itu akan lebih baik. Jika Anda seorang muslim, atau mengelola sebuah restoran halal, mungkin tidak terlalu memerlukannya. Tetapi, jika Anda bukan orang Islam, punya dan mengelola restoran yang menyajikan makanan halal, akan lebih baik mensertifikasinya.
Saya kira banyak restoran non-muslim di luar sana yang ingin menyajikan makanan halal. Mereka tahu makanan halal tidak mengandung babi. Tetapi halal bukan hanya tidak mengandung babi, tetapi juga bahan-bahan lain yang dipakai, bagaimana memasaknya, apakah dicampur dengan makanan lain, jadi banyak item untuk bisa dinilai sebagai sesuatu itu halal atau tidak. Akan lebih baik lagi mereka melalui proses sertifikasi sehingga konsumen yakin yang disajikan memang halal.
Saya sarankan bagi restoran muslim juga ikut melakukannya. Agar mereka pun punya paling tidak sedikit pengetahuan standar halal.
Bagaimana membuat paket wisata yang ramah terhadap wisatawan muslim?
Paket-paket wisata dalam HalalTrip Gateways misalnya. Pada dasarnya dibuat untuk memenuhi kebutuhan wisatawan muslim. Kami melihat dan meyakinkan di dalamnya disediakan sajian makanan halal. Itu nomor satu. Lalu kedua, dicantumkan waktu solat dalam program perjalanan (itinerary). Ketiga, wisatawan tinggal di akomodasi, yang kami pastikan, menyediakan makanan halal, terutama saat sarapan pagi. Karena waktu sarapan jadi masalah terbesar sekarang.
Siapa wisatawan muslim global?
Ada tiga sumber pasar wisatawan muslim internasional yaitu kawasan Timur Tengah, Asia Tenggara dan Eropa Barat. Wisatawan muslim internasional dari negara-negara Timur Tengah paling banyak berasal dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Arab Saudi pasar terbesar di kawasan ini. Outboundmuslim dari Indonesia dan Malaysia juga besar dari kawasan Asia Tenggara. Sumber pasar wisatawan muslim di Eropa dari Turki, Jerman, dan Perancis. Di sana populasi muslimnya cukup besar. Bahkan di Jerman populasi muslim sudah mencapai lebih dari tujuh persen.
Dari total 117 juta wisatawan muslim global tahun 2015, 60% melakukan perjalanan di Asia termasuk di Indonesia dan Malaysia. Sebagian besar dari wisatawan yang berwisata di Asia berasal dari Asia dan lebih dari 30% berasal dari Eropa.
Pengeluaran oleh wisatawan muslim selama tahun 2015 total mencapai 150 miliar dollar AS. Sekitar 40% disumbangkan oleh wisatawan muslim dari negara-negara Timur Tengah. Pengeluaran rata-rata oleh individu dalam satu kali perjalanan juga lebih tinggi daripada rata-rata pengeluaran wisatawan global pada umumnya. Besarnya sekitar USD 1.282 tahun lalu (rata-rata pengeluaran wisatawan global sekitar USD 1.199,3 per orang per trip pada tahun yang sama, red.).
Fokus pariwisata halal saat ini ada empat yakni memahami lebih dalam profil muslim traveler; menciptakan dan memberikan pengalaman unik dari produk-produk seperti wisata belanja, pantai, budaya, atraksi/hiburan dan lain-lain; membangun komunikasi 1-on-1 melalui data, produk-produk bergerak (mobile), video dan digital; dan inovasi produk.
Mengakhiri wawancara seusai media briefing CrescentRating dan Mastercard pada WIEF ke-12, Rabu (3/8), ditanyakan lagi kepada Fazal, apakah Indonesia bisa menjual obyek dan atraksi yang ada kepada wisatawan muslim? Dia yakin menjawabnya, “Yes, you can sell your beaches, mountains. Just like you want Chinese tourist, the same you do with muslim traveler. You must recognised muslim traveler profile and acommodate their needs.”*** (Yun Damayanti)
source :
http://indonesiatouristnews.com/memahami-profil-muslim-traveler-dalam-pariwisata-halal-just-like-you-want-chinese-tourist.html











0 komentar:
Posting Komentar