Selasa, 09 Agustus 2016

Padang-Sumatera Barat akan Dapat Spot, Produk dan Aktivitas Baru, Segmen Mewah, Halal Travel

Kota Padang sebagai destinasi akan punya tiga tourist spots “internasional” yang baru, tak lama lagi. Tiga pulau kecil tak jauh dari pelabuhan laut Teluk Bayur, — salah satu di antaranya praktis “bersebelahan” dengan pantai Mandeh–, sedang dalam proses pembangunan sekelompok “modern moslem friendly villa and resort”. Di samping itu, di kawasan wisata Mandeh itu sendiri sedang dipersiapkan apa yang dinamakan “The Mande Bay Romantic Resort”. Pemilik dan pengelolanya juga sama dengan pemilik hotel Rhadana yang ada di tengah keramaian Kuta-Bali. Di Pulau Pagang (lihat peta) akan berdiri 26 villa mewah alias “luxurious; di Pulau Bitangur juga akan sama seperti di Pulau Pagang, kendati belum disebutkan jumlah kamar; di Pulau Kapo-kapo, sedang dibangun terlebih dulu “desa wisata”. Di situ kini hidup 19 keluarga, maka, menurut Rainier Daulay, Founder dan CEO kelompok hotel Rhadana, “kami sedang mendidik masyarakat setempat tentang pariwisata dan bagaimana membangunnya.”


Tahun 2018 semuanya akan mulai beroperasi, menurut Rainier Daulay. Mengapa dinyatakan luxury? Selain seluruh fasiltas resor dan akomodasi villa dijadikan sebagai modern halal and moslem friendly hotel, rata-rata tarif kamar yang akan diterapkannya akan berada di kisaran US$ 1000. Wow…

Kita melihat rencana ini relevan dengan ketersediaan fasilitas bandara internasonal MIA (Minangkabau International Airport). Sampai sekarang memang baru dilayani penerbangan langsung luar negeri dari/ke Singapura dan Kuala Lumpur, tapi berpotensi  dengan penambahan rute lain di samping peningkatan 
Padang sebagai destinasi khususnya dan Sumatera Barat pada umumnya, tak diragukan punya potensi besar bisa menarik wisman, namanya pun sudah cukup lama selalu dipromosikan dalam rangka promosi “Wonderful Indonesia” secara keseluruhan. Namun beberapa tahun terakhir masih mengalami naik turun dalam jumlah wisman. Jumlah wisman diukur terutama melalui jumlah kedatangan yang mendarat langsung dengan penerbangan dari luar negeri di bandara MIA. Turunnya jumlah wisman ke Padang antara lain terutama terkait dengan gangguan asap yang mendera udara pulau Sumatera. Tetapi walaupun demikian, masih perlu diperhatikan kemampuan dan daya jual yang bisa dipraktekkan oleh para pelaku bisnis inbound di daerah ini. Dan tentu saja memperhatikan kembali factor 2-A lainnya, yaitu akomodasi dan atraksi/aktifitas. Sebagai dimaklumi salah satu promosi internasional bagi destinasi Sumatera Barat diharapkan dihasilkan dari even berkelas dunia yang merupakan sport tourism, yakni Tour de Singkarak. Tapi agaknya itu saja belum cukup.
Statistik menunjukkan jumlah wisman tahun 2015 menurun dibandingkan tahun sebelumnya 2014. Tetapi semester pertama 2016 ini telah kembali meningkat tumbuh 17,11% dibandingkan periode sama tahun lalu. Tahun 2015 Januari-Juni di bandara Minangkabau tercatat 19.399 wisman, Januari-Juni 2016 telah mencapai 22.719 wisman.
Maka, dilihat dari kondisi-kondisi tersebut, empat tourist spots dengan proyeksi pengembangan seperti digambarkan oleh Rainier Daulay tadi, bisa jadi akan menampilkan bererapa faktor baru bagi destinasi Padang-Sumatera Barat: new product, new consumers segment, new spots and activity, modern and halal travel, dan, new wave and way of marketing and selling. Ini tentu jika dilihat karakter manajemen yang telah diterapkannya pada tiga hotel dalam kelompok Rhadana di pulau Bali.***
Source :

0 komentar:

Posting Komentar